Potensi cemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar bioetanol untuk kendaraan bermotor lebih
Bioetanol sebagai Bahan Bakar Alternatif
Sejak krisis minyak bumi pada tahun 1973, beberapa negara memproduksi dan menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, misalnya Brasil dan Amerika Serikat. Bioetanol tersebut dihasilkan dari konversi senyawa gula dalam biomassa (misalnya gula tebu, pati, sorgum, dan jagung) melalui fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme secara anaerob. Namun, timbul konflik kepentingan antara kebutuhan pangan dan energi sehingga muncul teknologi baru yang lebih rumit dengan menggunakan bahan baku berbasis serat (selulosa).
Jika dibandingkan dengan gasolin (bensin), bioetanol (C2H5OH) memiliki kelebihan, antara lain titik didih 78°C dan mengandung oksigen 35% sehingga angka oktan relatif tinggi, yaitu 126. Sementara itu, angka oktan bensin hanya 88 dengan kisaran titik didih yang bervariasi 50-150°C, tergantung pada jenis campuran senyawa hidrokarbon (C5-C10). Angka oktan menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bahan bakar terbakar secara spontan.
Potensi cemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar bioetanol untuk kendaraan bermotor lebih rendah daripada gasolin (bensin). Jelaskan alasannya.
Jawab:
Potensi cemaran dari bioetanol lebih rendah dibanding gasolin karena kandungan O2 yang cukup tinggi dan diproduksi dengan bahan baku tanaman.
Selain itu, bioetanol dibuat dari sumber daya alam yang dapat diperbarui (biomassa tanaman dan mikroorganisme) sedangkan gasolin dibuat dari bahan dasar minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Proses pembuatan gasolin pun lebih tidak ramah lingkungan dibandingkan proses pembuatan bioetanol.
Post a Comment for "Potensi cemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar bioetanol untuk kendaraan bermotor lebih "